Pages

Wednesday 30 June 2010

Meskipun para pemimpin yang merubah dunia, tetapi para filosoflah yang membentuknya.

Sunday 27 June 2010

Eternal flat, STNK 201

I’ve waste away my time in fear, stupidly let my chance got disappeared. Even I knew it never comes twice, but my heart was frozen like ice, till the destiny come to remind me, even with pain which suffered me, and almost killed me. But thanks God for His pain, because self consciousness is something you couldn’t easily gain.

It was 2008 when I lived at STNK 201, the eternal flat last forever in my mind. It’s not sweet memories which keep it survives, but the lesson that comes after miserable disease. I was a kid back then, impetuous, frightened and a little even idiot. I was idiot with the lack of cleverness control. There’s no doubt in the absolution of my capability, I was only loosed with my worst enemy, its named fear.

I seem to be addicted to write this story; I never mean to blame anybody. I just want to tell how big its effect in remaking me, and how good it’s lesson in helping me to find who the real me is. I’m sincerely admitting that I never given such great unexplainable gift before this.

Since the day of staff reshuffle, exactly when some of ordinary staff are being moved, and come into our office the new staff from intensive class, the gloom is seemed to be surrounding our office. Actually I ever had a big hope to them (intensive) because of their capability. It’s well known that’s they have better skill in language than us even we’ve spent our several last months in the office of language improvement. But the fact speaks other.

I’m disappointed of their disagreement with the decision to be hated, as their new consequences of being this office staff. They never stop trying to find the way to get out of this humbly office. And in spite of doing the best while waiting the new destiny, they manipulate the reasons just to leave this responsibility.

I might be the worst person burdened with these, because I was the chief of this number of various creatures. Although I was the vice chief, but I guess the first chief was always busy with his first priority: thinking his pie trouble, until has not enough time to solve even the small progress we ever made.

Lompatan-lompatan besar dalam hidupku

Mungkin dimasa kecilku aku hafal bahwa ibukota Qatar adalah Doha dan ibukota Mesir adalah Kairo, akupun mungkin bisa menyebutkan satu-persatu dengan lancar ibukota negara-negara dunia. Namun hanya sebatas pengetahuan dengan sedikit prasangka bahwa suatu saat aku bisa menginjakkan kakiku disana.

Ternyata dunia itu luas kawan, dan ketika kakiku berpijak di tanah negara lain yang dulu hanya bisa kugambarkan dalam alam ideaku, akku menyadari bahwa usahaku untuk mengingat bahwa riyadh adalah ibukota arab saudi, dan kebingunganku tentang misplacing abu dhabi atau dubai yang merupakan ibukota uni emirat arablah yang mengantarkanku untuk menginjakkkan kaki disini. Ternyata langkah besar ituhanya dimulai dari rasa ingin tahuku. Hal itulah yang kumengerti sekarang.

Hari ini, selasa 25 may 2010. Di Doha International airport akumenulis ini. Pada saat pertama kalinya aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa ada berabagai macam ras dimuka bumi ini, berbagai bahasa, pakaian, makanan aneh (karena lidahku tak juga bisa mengerti mengapa mereka bisa dengan lahabnya mnyantap makanan – makanan itu). Namun disini pula aku semakin mengerti bahwa aku tak akan berhenti hanya disini. Perjalanan hidupku masih panjang, dan masih banyak cerita yang bisa kau baca

Tuesday 15 June 2010

Aku

Aku tak pernah memiliki kekuatan yang begitu besarnya, kecerdasan yang begitu cemerlangnya, pengetahuan yang begitu luasnya, atau semua yang serba sempurna.
aku hanya dilahirkan dengan sedikit rasa ingin tahu dan segenggam keyakinan akan kebenaran apa yang aku pikirkan, dan lakukan. Apakah ini egoisme atau semacamnya, tetapi semua itu jugalah yang telah mengantarkan ku hingga sejauh ini. itulah kenapa aku tak akan pernah rela melihat orang lain lebih baik dariku. Dan itulah yang akan terus kujaga selama hidupku,rasa keingintahuan dan keyakinan bahwa semua mimpiku akan terwujud.
Aku tak perlu semua impianku menjadi kenyataan, karena kinipun aku sudah bahagia menjalani hidup dengan keyakinan bahwa ini semua kan terbukti.
Aku adalah aku, biarlah orang mengatakan aku berlebihan,aku tak peduli. namun perlu dia tahu bahwa sesuatu yang besar takkan dimulai dengan sesuatu yang biasa-biasa saja dan ala kadarnya.

Tuesday 8 June 2010

Semua bermula dari mimpi

Mengenang masa kecilku, rasanya tidak ada orang yang berfikir seorang anak dari desa terpencil dipinggir hutan sepertiku akan bisa menapakkan kaki di negri orang. Dulu aku memang tahu di dunia ini ada negara bernama mesir, dengan kairo sebagai ibukotanya, namun itu hannyalah formalitas pelajaran ips yang mengharuskanku menghafalnya sebelum ujian.semua ini berawal dari mimpi, diperjelas dengan Visi dan dipermudah dengan keyakinan.

Ketika aku harus terpaksa merantau ke tanah jawa untuk melanjutkan studyku, karena di desaku tak ada yang namanya smp, sltp, atau apapun namanya sekolah lanjutan setelah sd. Sekolah sltp terdekat berjarak krang lebih 30 km dari desaku, dengan jalanan 20 km masih berupa tanah. Sehingga apabila ada anak yang hendak meneruskan sekolahnya, ia harus ngekos di desa lain. Itulah alasan mengapa aku bisa terdampar di pondok modern darussalam gontor. Sebagian besar teman-teman laki-lakiku dan beberapa teman perempuanku harus takluk pada keadaan untuk bekerja di perkebunan sawit yang memang menjamur di daerahku, dan hatiku selalu miris ketika mendengar bahwa pemilik perkebunan-perkebunan besar itu adalah orang china atau malaysia. Bahkan, sebagian besar teman perempuanku bahkan hanya menunggu waktu untuk dipinang oleh pemuda desa, atau berharap ada bos dari luar desa yang datang melamar mereka untuk sedikit mengangkat derajat hidup mereka. Dan hanya sebagian sangat kecil dari meraka yang dapat melanjutkan pendidikan mereka dengan alasan klasik, yang juga tertulis dalam mahfudzat “ ad dirhamu”, ya karena terbentur masalah biaya. Sebagai catatan, dari 16 teman sdku angkatan tahun 2003, hanya 2 orang yang hingga kini masih bisa menikmati bangku pendidikan, aku dan seorang temanku yang kini menempuh pendidikan kedokteran di universitas bengkulu.

Kini, aku telah sampai disini, dan ini bukanlah akhir, baru permulaan dari terwujudnya mimpi-mimpiku. meskipun aku telah berjalan pada track visiku yang benar, semuanya bergantung juga pada kerja keras dan konsistensiku nantinya dalam usaha shaping my uncertain destiny.

“Our challenges may be new. The instruments with which we meet them may be new. But those values upon which our success depends — honesty and hard work, courage and fair play, tolerance and curiosity, loyalty and patriotism — these things are old. These things are true. They have been the quiet force of progress throughout our history.” ( Barrack obama)

Monday 7 June 2010

Kebenaran Kita Kini

Ketika kebenaran menjadi ambigu
Dan kemutlakan dianggap abu-abu
Suara hati dilabeli egoisme
Jeritan nurani dicap irrasionalisme
Kepada apa kita bisa bersandar
Jika bukan pada nilai yang kini telah terlempar
Hukum kini bukanlah soal kualitas’
Tetapi merupakan otoritas kaum mayoritas
Kala suara menjadi tuhan
Para ulamapun dikesampingkan
Orang-orang bodoh seolah berjuang
Namun pemenang akhirnya adalah pemilik uang
Lekangkah olehmu kegigihan socrates
Menentang silat lidah kaum sofis
Meski harus mati meregang nyawa
Demi nilai yang absolut adanya
Meski dunia semakin membingungkan
Semuanya pasti kan terpecahikan
Tanya saja pada hatimu
Karena ia takkan dustai dirimu