Pages

Friday, 30 April 2010

Asa hidupku

setelah malamku kulalui dengan pasrah
tidurku kumulai dengan padanya kuberserah
saat kelopak mata terbuka secercah
kulihat di ufuk sang fajar menyapaku denga ramah

“bangun, masih banyak rintangan tuk kau taklukkan,
masih banyak akal tertidur yang harus kau bangunkan,
banyak jiwa mati suri yang harus kau hidupkan,
bawalah sang makna tuk kembali bertahta".

sinarnya membangunkanku
tuk segera berdiri dan bersiap melaju
menderap langkah ke tempat yang kutuju
tempat semua rasa ini tercampur menjadi satu

ternyata, pagiku masih cerah kawan
sejuknya, bak air dari lereng gunung secawan
membasahi hatiku yang sempat kering dan gelap berawan
mengembalikan semua angan yang sempat hilang tertawan

asaku belum boleh pupus
masih terukir dalam dan takkan mudah terhapus
semuanya karena visi misiku tulus
yang asalnya dari suara hati yang teramat halus

aku masih harus bernyawa
paling tidak hingga kulihat ibuku tertawa
masih harus kutuntaskan tugasku yang utama
menghidupkan sesuatu yang telah mati dari jiwa

jalan ini telah kehilangan makna
tersisa doktrin yang terkulai hampa
baunya mengundang lalat subjektifitas yang siap menerkam
bersama individualisme manusia yang teramat kejam

mungkin jalan pikiranku terlihat aneh
terkesan culas dan mereka pikir ini nyeleneh
namun semua ini tak terkotori oleh nafsu
terlantun tulus dari hati kecilku

jika socrates ada tuk membungkam subjektifitas
dan muhammad hadir kala arab membutuhkan integritas
einstein eksis karena relatifitas
maka aku hidup karena semua kompleksitas