Pages

Friday 17 December 2010

wajah polosku dahulu kala


potretku saat kelas 3 KMI

sebenarnya ga ada niatan nampang poto imut gw disini, tapi begitu buka blognya orang bodoh raditya dika si kambing jantan, sumpah, gw terinspirasi banget. sempet-sempetnya dia nulis sampah di blognya dengan berkarung-karung goni kegiatan yang ada.
kembali ke foto imut, hehe, (kamu: narsis lu, aku: biarin :P). itu pose waktu kelas 3 KMI pake kaos rayon saudi satu lantai satu. Tahunnya, emm, 2005 klo ga salah.
Hari ini, jum'at 17 Desember 2010 di sekretariat IKPM cab kairo, selepas isya, hihi bertele-tele banget sih. intinya malam ini gw belajar sama Farid Abdullah, eh si Rifqi ikut nimbrung sambil gangguin. hfft, dapet juga 2 bab, tapi habis itu kepala langsung puyeng, aneh ni, biasanya biasa aja ko sekarang buat mikir dikit udah kelabakan ya, wuadoh.
udahan dulu ya, besok pagi mau ke jawazat, buat ngurus perpanjangan visa, janjian jam 6 sama farid. kalo telat traktir, ahahahah.
eh iya, salam buat malaikat, hehe.

Wednesday 30 June 2010

Meskipun para pemimpin yang merubah dunia, tetapi para filosoflah yang membentuknya.

Sunday 27 June 2010

Eternal flat, STNK 201

I’ve waste away my time in fear, stupidly let my chance got disappeared. Even I knew it never comes twice, but my heart was frozen like ice, till the destiny come to remind me, even with pain which suffered me, and almost killed me. But thanks God for His pain, because self consciousness is something you couldn’t easily gain.

It was 2008 when I lived at STNK 201, the eternal flat last forever in my mind. It’s not sweet memories which keep it survives, but the lesson that comes after miserable disease. I was a kid back then, impetuous, frightened and a little even idiot. I was idiot with the lack of cleverness control. There’s no doubt in the absolution of my capability, I was only loosed with my worst enemy, its named fear.

I seem to be addicted to write this story; I never mean to blame anybody. I just want to tell how big its effect in remaking me, and how good it’s lesson in helping me to find who the real me is. I’m sincerely admitting that I never given such great unexplainable gift before this.

Since the day of staff reshuffle, exactly when some of ordinary staff are being moved, and come into our office the new staff from intensive class, the gloom is seemed to be surrounding our office. Actually I ever had a big hope to them (intensive) because of their capability. It’s well known that’s they have better skill in language than us even we’ve spent our several last months in the office of language improvement. But the fact speaks other.

I’m disappointed of their disagreement with the decision to be hated, as their new consequences of being this office staff. They never stop trying to find the way to get out of this humbly office. And in spite of doing the best while waiting the new destiny, they manipulate the reasons just to leave this responsibility.

I might be the worst person burdened with these, because I was the chief of this number of various creatures. Although I was the vice chief, but I guess the first chief was always busy with his first priority: thinking his pie trouble, until has not enough time to solve even the small progress we ever made.

Lompatan-lompatan besar dalam hidupku

Mungkin dimasa kecilku aku hafal bahwa ibukota Qatar adalah Doha dan ibukota Mesir adalah Kairo, akupun mungkin bisa menyebutkan satu-persatu dengan lancar ibukota negara-negara dunia. Namun hanya sebatas pengetahuan dengan sedikit prasangka bahwa suatu saat aku bisa menginjakkan kakiku disana.

Ternyata dunia itu luas kawan, dan ketika kakiku berpijak di tanah negara lain yang dulu hanya bisa kugambarkan dalam alam ideaku, akku menyadari bahwa usahaku untuk mengingat bahwa riyadh adalah ibukota arab saudi, dan kebingunganku tentang misplacing abu dhabi atau dubai yang merupakan ibukota uni emirat arablah yang mengantarkanku untuk menginjakkkan kaki disini. Ternyata langkah besar ituhanya dimulai dari rasa ingin tahuku. Hal itulah yang kumengerti sekarang.

Hari ini, selasa 25 may 2010. Di Doha International airport akumenulis ini. Pada saat pertama kalinya aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa ada berabagai macam ras dimuka bumi ini, berbagai bahasa, pakaian, makanan aneh (karena lidahku tak juga bisa mengerti mengapa mereka bisa dengan lahabnya mnyantap makanan – makanan itu). Namun disini pula aku semakin mengerti bahwa aku tak akan berhenti hanya disini. Perjalanan hidupku masih panjang, dan masih banyak cerita yang bisa kau baca

Tuesday 15 June 2010

Aku

Aku tak pernah memiliki kekuatan yang begitu besarnya, kecerdasan yang begitu cemerlangnya, pengetahuan yang begitu luasnya, atau semua yang serba sempurna.
aku hanya dilahirkan dengan sedikit rasa ingin tahu dan segenggam keyakinan akan kebenaran apa yang aku pikirkan, dan lakukan. Apakah ini egoisme atau semacamnya, tetapi semua itu jugalah yang telah mengantarkan ku hingga sejauh ini. itulah kenapa aku tak akan pernah rela melihat orang lain lebih baik dariku. Dan itulah yang akan terus kujaga selama hidupku,rasa keingintahuan dan keyakinan bahwa semua mimpiku akan terwujud.
Aku tak perlu semua impianku menjadi kenyataan, karena kinipun aku sudah bahagia menjalani hidup dengan keyakinan bahwa ini semua kan terbukti.
Aku adalah aku, biarlah orang mengatakan aku berlebihan,aku tak peduli. namun perlu dia tahu bahwa sesuatu yang besar takkan dimulai dengan sesuatu yang biasa-biasa saja dan ala kadarnya.

Tuesday 8 June 2010

Semua bermula dari mimpi

Mengenang masa kecilku, rasanya tidak ada orang yang berfikir seorang anak dari desa terpencil dipinggir hutan sepertiku akan bisa menapakkan kaki di negri orang. Dulu aku memang tahu di dunia ini ada negara bernama mesir, dengan kairo sebagai ibukotanya, namun itu hannyalah formalitas pelajaran ips yang mengharuskanku menghafalnya sebelum ujian.semua ini berawal dari mimpi, diperjelas dengan Visi dan dipermudah dengan keyakinan.

Ketika aku harus terpaksa merantau ke tanah jawa untuk melanjutkan studyku, karena di desaku tak ada yang namanya smp, sltp, atau apapun namanya sekolah lanjutan setelah sd. Sekolah sltp terdekat berjarak krang lebih 30 km dari desaku, dengan jalanan 20 km masih berupa tanah. Sehingga apabila ada anak yang hendak meneruskan sekolahnya, ia harus ngekos di desa lain. Itulah alasan mengapa aku bisa terdampar di pondok modern darussalam gontor. Sebagian besar teman-teman laki-lakiku dan beberapa teman perempuanku harus takluk pada keadaan untuk bekerja di perkebunan sawit yang memang menjamur di daerahku, dan hatiku selalu miris ketika mendengar bahwa pemilik perkebunan-perkebunan besar itu adalah orang china atau malaysia. Bahkan, sebagian besar teman perempuanku bahkan hanya menunggu waktu untuk dipinang oleh pemuda desa, atau berharap ada bos dari luar desa yang datang melamar mereka untuk sedikit mengangkat derajat hidup mereka. Dan hanya sebagian sangat kecil dari meraka yang dapat melanjutkan pendidikan mereka dengan alasan klasik, yang juga tertulis dalam mahfudzat “ ad dirhamu”, ya karena terbentur masalah biaya. Sebagai catatan, dari 16 teman sdku angkatan tahun 2003, hanya 2 orang yang hingga kini masih bisa menikmati bangku pendidikan, aku dan seorang temanku yang kini menempuh pendidikan kedokteran di universitas bengkulu.

Kini, aku telah sampai disini, dan ini bukanlah akhir, baru permulaan dari terwujudnya mimpi-mimpiku. meskipun aku telah berjalan pada track visiku yang benar, semuanya bergantung juga pada kerja keras dan konsistensiku nantinya dalam usaha shaping my uncertain destiny.

“Our challenges may be new. The instruments with which we meet them may be new. But those values upon which our success depends — honesty and hard work, courage and fair play, tolerance and curiosity, loyalty and patriotism — these things are old. These things are true. They have been the quiet force of progress throughout our history.” ( Barrack obama)

Monday 7 June 2010

Kebenaran Kita Kini

Ketika kebenaran menjadi ambigu
Dan kemutlakan dianggap abu-abu
Suara hati dilabeli egoisme
Jeritan nurani dicap irrasionalisme
Kepada apa kita bisa bersandar
Jika bukan pada nilai yang kini telah terlempar
Hukum kini bukanlah soal kualitas’
Tetapi merupakan otoritas kaum mayoritas
Kala suara menjadi tuhan
Para ulamapun dikesampingkan
Orang-orang bodoh seolah berjuang
Namun pemenang akhirnya adalah pemilik uang
Lekangkah olehmu kegigihan socrates
Menentang silat lidah kaum sofis
Meski harus mati meregang nyawa
Demi nilai yang absolut adanya
Meski dunia semakin membingungkan
Semuanya pasti kan terpecahikan
Tanya saja pada hatimu
Karena ia takkan dustai dirimu

Saturday 22 May 2010

"Jika engkau adalah "Rajawali", kau pasti kan terbang tinggi meski sendiri." (Taufik Ismail)

Friday 30 April 2010

Asa hidupku

setelah malamku kulalui dengan pasrah
tidurku kumulai dengan padanya kuberserah
saat kelopak mata terbuka secercah
kulihat di ufuk sang fajar menyapaku denga ramah

“bangun, masih banyak rintangan tuk kau taklukkan,
masih banyak akal tertidur yang harus kau bangunkan,
banyak jiwa mati suri yang harus kau hidupkan,
bawalah sang makna tuk kembali bertahta".

sinarnya membangunkanku
tuk segera berdiri dan bersiap melaju
menderap langkah ke tempat yang kutuju
tempat semua rasa ini tercampur menjadi satu

ternyata, pagiku masih cerah kawan
sejuknya, bak air dari lereng gunung secawan
membasahi hatiku yang sempat kering dan gelap berawan
mengembalikan semua angan yang sempat hilang tertawan

asaku belum boleh pupus
masih terukir dalam dan takkan mudah terhapus
semuanya karena visi misiku tulus
yang asalnya dari suara hati yang teramat halus

aku masih harus bernyawa
paling tidak hingga kulihat ibuku tertawa
masih harus kutuntaskan tugasku yang utama
menghidupkan sesuatu yang telah mati dari jiwa

jalan ini telah kehilangan makna
tersisa doktrin yang terkulai hampa
baunya mengundang lalat subjektifitas yang siap menerkam
bersama individualisme manusia yang teramat kejam

mungkin jalan pikiranku terlihat aneh
terkesan culas dan mereka pikir ini nyeleneh
namun semua ini tak terkotori oleh nafsu
terlantun tulus dari hati kecilku

jika socrates ada tuk membungkam subjektifitas
dan muhammad hadir kala arab membutuhkan integritas
einstein eksis karena relatifitas
maka aku hidup karena semua kompleksitas

Sunday 28 March 2010

Dibalik rapuhnya tubuhku

biar semua virus merongrong tubuhku
biar semua pedih perih tak henti menderaku
ide-ideku takkan terkebiri
otakku takkan lelah berkreasi
aku tahu tubuh ini rapuh
rentan dan suatu saat kan jatuh
semuanya juga begitu
orang terkuat sekalipun
raga ini hanya berrtahan dalam dekade
ruang tiga dimensi yang tak abadi
biarlah waktu yang menjadi saksi
kapanpun sang pemilik memintanya kembali
Tuhan selalu bijaksana
takkan perrnah ada manusia sempurna
seluruhnya tercipta dengan modal yang sama
meski dengan formulasi yang berrbeda
akupun telah memilih dalam rahim ibuku
untuk menjadi diriku
aku lebih memilih tuk jadi jiwa yang selalu bertanya
daripada sekedar menjadi raga perkasa yang tak bermakna

Friday 19 February 2010

Dosa Cinta

Bila cinta dilantunkan dalam lagu,
Dengan irama yang mendayu-dayu
Maka hati pemuda menjadi sayu,
Masa depan merekapun telah layu

Saat cinta diagungkan,
Menjadi nilai dan tolok ukuran
Akal sehat dinomorduakan,
Hati nuranipun tak bisa berperan

Saat romeo dan juliet dijadikan teladan,
Rela mati dan sedia berkorban
Sadarkah kalian bahwa yang mereka lakukan,
Adalah bentuk keputusasaan terhadap rahmat Tuhan

Kala cinta menjadi kata suci,
Disanjung tinggi dan dipuja-puji
Hati manusia menjadi mati,
Agamapun jadi tak berarti

Cinta adalah kata yang sulit didefinisi,
Ambigu dan memiliki berbagai konotasi
Hal itu berarti,
Cinta sebenarnya tak memiliki arti

Wednesday 10 February 2010

Sampah Indah Dari Otakku

penat jiwa ini jika hanya berharap pada ketidakpastian
lelah hati ni jika hanya bergantung pada diam
apapun yang terjadi nanti
bukan berarti aku telah mati

biarlah semua berjalan semestinya
jangan picik dengan keegoisan
skenarioNya tetaplah adidaya
hadapilah dengan pandangan ke depan

biarlah ia terus mengalir
bagai air yangbergemericik
jika tiba waktunya pasti kan sampai ke hilir
takkan terlambat walau sedetik

biarlah ia berhembus indah
bagai angin sepoi di sore yang redup
karena jiwamu tak akan lelah
jika engkau menikmati hidup

raga inni boleh tertinggal
namun jiwanya akan tetap dikenal
ruang dan waktu boleh membatasi
semangat dan citanya tak akan terhalangi

sahabat dan kawan boleh pergi
rintanganpun boleh datang silih berganti
namun jika kamu rajawali
kamu pasti kan terbang tinggi meski sendiri

buanglah semua kenangan masa lalu
kubur dalam-dalam angan masa mendatang
hari ini adalah harimu
anugrah tuhan adalah” sekarang”

jika kau ingin merrubah dunnia
tak perlu jauh perrgi kemana
ambil secarik kertas dan selaras pena
kemudian tulis apa yang ada

nagasaki dan juga hirosima
yang luluh lantak karena kekejaman sang bom
kehancurannya hanya bermula
dari tulisan einstein tentang atom

zaman akan terus berganti
para pujanggapun pasti kan mati
namun karyannya tetap abadi
karena ia tertinggal dalam hati

Wednesday 27 January 2010

Aku Sang Nahkoda

Dalam sendiri kucoba bersajak, merangkai kata tuk pudarkan penat sejenak
Saat harapan hanyalah fatamorgana, cukup bagiku kata-kata jadi pelepas dahaga
Dalam sunyi kucoba bernyanyi, dalam lagu yang tak berbunyi
Walau mimpi belumlah pasti, bait ini menjadi bukti bahwa aku belum mati
Dalam sepi aku teringat, kawan lama yang dulu hangat
buku, kertas dan tintaku, aku datang tuk menjengukmu
Aku tuliskan semua rasa ini, dalam kalimat yang kucoba pilih
Marah yang membara,
kesal yang mengendap,
sepi, sunyi yang merasuki,
juga sedih yang menyayat hati,
aku yang terpasung dalam dua alam
antara harapan yang tak boleh kupadamkan, dan kenyataan yang tak bisa kuabaikan
antara keikhlasan yang berkuasa, dan kedengkian yang terus mamberontak
Dan yang terpenting, antara kebesaran jiwa , dan kekerdilan yang tengah mendapatkan suasana
Aku harus bisa bertahan, dalam badai emosi dan gelombang perasaan
Meskipun kapalku telah rentan, aku tak boleh tenggelam
Kukembangkan layar dengan berimajinasi, kuputar haluan dengan berpuisi
Kulawan badai dengan bermain kata-kata, kuredam gelombang dengan sastra
Walau belum sedalam karya buya hamka, Kahlil Gibran sekalipun pernah berstatus pemula

Monday 25 January 2010

Kala pujangga meretas kembali jalannya

Ini adalah saat, untukku kembali meretas jalan. Menjadi seorang pujangga. Pekerjaanku yang sebenarnya meski telah lama kulupakan.
Dahulu aku adalah raja kata-kata, yang demikian mahir merangkainya. Namun keegoisanku pulalah yang meruntuhkan singgasana. Dikala harus memilih, untuk berkorban demi itqan tercinta, atau berkuasa dalam CLI yang jumawa, aku memprioritaskan yang kedua. Sehingga untuk jangka waktu yang lama, aku harus mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman lamaku yang telah dulu hadir dalam hidupku, buku, pena, keyboard computer, dan nikmatnya berdiskusi.
Mesipun pekerjaanku yang baru tak jauh dari kata-kata pula, bahkan kini dengan bahasa berbeda. Disanapula aku harus berpura-pura menjadi raja, yang semua perintahnya ditaati para hamba. Membanggakan memang, hal itu pulalah yang merubah pribadiku, dari seorang pengecut yang hanya bisa berdiam diri menjadi seorang yang lebih berani berkata-kata. Namun, waktuku untuk bercengkrama dengan sang kertas dan pena menjadi terkebiri, Ataukah hanya karena kemalasanku saja? Aku tak tahu pastinya.
Sekarang, aku harus memulai semuanya dari awal. Aku tak lagi bisa menulis puisi-puisi indah dengan menutup mata. Telah hilang dari diriku kemampuan tuk membiarkan sang pena berjalan dengan sendirinya, berkreasi dengan tintanya, dan datang dengan sebuah karya indah. Sekarang aku harus berfikir dalam-dalam, mencoba mengorek sisa-sisa hiperbola yang ada. Merestore file-file yang dulu ter delete karena mungkin kuanggap spam. membackup data-data yang dulu sempat membuatku selalu mendapat “A” dari taufiq affandi, guru sastraku yang datang di senin malam, tepatnya di tunis lantai 2, kamar paling pojok,201, ITQAN Group tercinta.
Semua ini karena keyakiananku mengatakan, aku bisa berkarya. Setidaknya seperti apa yang telah diperbuat Habiburrahman El Shirazy, yang dengan sukses mevisualisasikann sosok sempurna Fakhri dalam “Ayat-Ayat Cinta”nya, merubah opini pelajar malas dalam diri Khoirul Azzam menjadi seolah pahlawan keluarga dalam “Ketika Cinta Bertasbih”nya. Atau setingkat dengan Andrea Hirata, yang dengan sedikit rekayasanya mampu mempositifkan arti mimpi, sekaligus membuat gurunya dihargai demikian besarnya. Padahal di ranah Sumatra sana, sebagian besar guru di daerah pedalaman, melakukan hal yang sama dengan pengorbanan ibu Muslimah. Aku bahkan berani bertaruh bisa membuat sesuatu yang lebih baik dari kehampaan proversi dalam Negeri Lima Menara. Aku sedang mencoba tuk memahami Science, untuk kemudian menyisipkannya dalam sastra nusantara, seperti yang dilakukan para pujangga di Negara dunia pertama, akan lebih berasa karena terbungkus realita dan fakta.
Maaf jika dalam blogku akhir-akhir ini, kalian hanya bisa menemukan ide hebat yang terbungkus sampah. Tulisan-tulisan pendek yang tak berkemasan rapi, tak ada referensi, pun penataan formalitas kata-kata yang terkesan hancur. Tentunya tulisan Buya Hamka dalam penjara pun lebih baik daripada ini. Tetapi aku baru masuk penjaraku kawan, setidaknya untuk saat ini, ha ha. Jadi ini semua baru dimulai. Namun , cobalah kalian tangkap sang arti yang tersembunyi, kuharap engkau menjadi salah satu orang yang dari awal menyadari. Ada ide-ide sehebat pikiran Socrates, keobyektifan setulus Al Kindi, dan koreksian seideal Ibnu rusyd. Sebelum nantinya aku membungkusnya dengan kemasan baru yang tentunya unik dan diminati pembeli.
Aku berharap kalian sudi tuk tinggalkan kesan, pesan darimu akan bermakna signifikan, sebagai acuan tuk mereformasi tulisan. Puja-puji atau caci maki, sanjungan ataupun hinaan, apapun hanya akan kusikapi sama, terimakasihku yang sebesarnya. Tetapi tentunya mengenai ini, bukan mengorek sisi pribadi atau hanya sekedar memancing emosi. Semuanya ada etika.
Kuharap dari pembaca ada seseorang yang kunanti, seorang partner yang saling mengoreksi. Yang selevel denganku atau lebih baik. Nantinya kuharap ia menjadi sahabat sejati, atau lebih dari itu barangkali, ha ha ha. Yang benar, setulusnya hatiku aku kini tengah mencarii seorang sahabat sejati, yang bisa menimpali ide-ideku dan membalas alasan-alasanku, belum kutemui sejauh ini. Ataukah perfeksionismeku kali ini tak berarti? Aku tak tahu, namun aku akan tetap sabar menanti.
Dari hamba Allah yang mencoba memahami hidup, namaku Kurniawan Dwi Saputra.

Thursday 7 January 2010

the other meaning of patience

selama ini yang aku( kamu bagaimana?) ketahui tentang sabar hanyalah pasrah. makna yang menurutku mengandung aura negatif,padahal "shabran jamiilan" tentunya mengandung konotasi positif karena Allah swt menjelaskan dalam Al qur'an dengan kata "jamil".
aku sempat menemukan beberapa arti kata sabar yang bermakna positif, waktu itu ada ayah dari temanku yang menasehatiku,
beliau mengatakan bahwa sabar bisa bermakna : ketekunan, kekuatan menahan godaan, konsistensi, komitmen, dan istiqomah.
hal-hal diatas membuatku menemukan dimensi lain dari kata sabar, tetapi sepertinya itu belum cukup. aku masih belum puas dengan pejelasan diatas.
adakah teman-teman mempunyai jawaban atas pertayaanku diatas,
jawaban atau pendapat anda akan menjadi masukan yang amat berharga untukku.