Pages

Friday, 27 March 2009

Jeritan hati teman bisuku

Jeritan hati teman bisuku
Ugh, aku tak mampu lagi bertahan tuk mendengar jeritan-jeritan memilukan hati ini. Teriakan-teriakan memelas yang melelehkan hati. Aku harus katakan ini pada semuanya, meskipun aku tak tahu apakah mereka mendengarkanku. Agar mereka semuanya tahu bahwa buku itu berteriak meronta-ronta. Menangis sedih karena ia selalu sepi dan tak satupun peduli. Ia sudah amat muak dengan keoportunisan para debu yang akan selamanya menyiksanya pabila tak satupun orang menyentuhnya. Sudah terlalu lama ia terhantui dengan hegemoni kekejaman kanker jamur yang setiap saat bisa merambahnya jikalau keaaan ini tak berubah. Pun ia harus selalu terjaga dari ancaman kutu busuk dan gerombolan hewan parasit lainnya yang takkan segan menggerogoti helai demi sehelai lembaran tubuhnya. Ia sudah terlalu lelah hanya bersandar lemah pada rak kayu yang amat tua ini. Hatinya seakan tersayat bila seseorang datang mengambil salah satu temannya, membersihkan debunya kemudian membacanya. Ia berteriak sekerasnya: ”Baca aku! Banyak ilmu yang belum kau tahu ada padaku! baca aku!!!” tetapi bagaimanapun manusia takkan pernah memahami kata-katanya. Hatinyapun selalu diselimuti kekhawatiran jikalau petugas perpustakaan datang memeriksa rak demi rak tuk mengambil buku-buku yang sudah tak layak baca. Kemudian memisahkannya dan setelah itu mungkin membuangnya ke tempat sampah atau membakarnya menjadi kepingan abu. Ia tak ingin hal itu terjadi padanya.
Ia ingin dibelai mesra lembar demi lembar, disentuh lembut halaman demi halaman, dibaca detail kata demi kata tuk kemudian direnungi. Ia ingin apa yang ia punya merasuk dalam mindset para filosof , kemudian menjadi ide-ide alternative yang inovatif. Dengan itu mereka membangun dunia baru. Yang manfaatnya bisa dirasakan oleh hewan yang bahkan lebih kecil dari nyamuk. Atau ia dibaca oleh seseorang yang ingin tahu, agar setidaknya menjadi seperti keledai yang tak pernah terperosok kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Ia berharap di kehidupan yang sudah terpolusi dengan paham kapitalis yang amat konsumtif ini masih ada beberapa orang peduli dengan dunianya lewat buku-buku sepertinya. Dunia ini butuh lebih banyak AJB Bumiputera 1912,yang rela memberi kesempatan bagi orang-orang yang mau berfikir tuk berekspresi Dengan begitu paling tidak mereka bisa menjadi lebih bermanfaat dariku yang hanya sekedar pembatas buku, yang hanya bisa mendengarkan tangisan sang buku tanpa bisa sedikitpun membantunya. Aku berharap kamu wahai pembaca merupakan salah satu dari orang-orang berhati mulia itu.

0 komentar:

Post a Comment