Pages

Wednesday, 27 January 2010

Aku Sang Nahkoda

Dalam sendiri kucoba bersajak, merangkai kata tuk pudarkan penat sejenak
Saat harapan hanyalah fatamorgana, cukup bagiku kata-kata jadi pelepas dahaga
Dalam sunyi kucoba bernyanyi, dalam lagu yang tak berbunyi
Walau mimpi belumlah pasti, bait ini menjadi bukti bahwa aku belum mati
Dalam sepi aku teringat, kawan lama yang dulu hangat
buku, kertas dan tintaku, aku datang tuk menjengukmu
Aku tuliskan semua rasa ini, dalam kalimat yang kucoba pilih
Marah yang membara,
kesal yang mengendap,
sepi, sunyi yang merasuki,
juga sedih yang menyayat hati,
aku yang terpasung dalam dua alam
antara harapan yang tak boleh kupadamkan, dan kenyataan yang tak bisa kuabaikan
antara keikhlasan yang berkuasa, dan kedengkian yang terus mamberontak
Dan yang terpenting, antara kebesaran jiwa , dan kekerdilan yang tengah mendapatkan suasana
Aku harus bisa bertahan, dalam badai emosi dan gelombang perasaan
Meskipun kapalku telah rentan, aku tak boleh tenggelam
Kukembangkan layar dengan berimajinasi, kuputar haluan dengan berpuisi
Kulawan badai dengan bermain kata-kata, kuredam gelombang dengan sastra
Walau belum sedalam karya buya hamka, Kahlil Gibran sekalipun pernah berstatus pemula

0 komentar:

Post a Comment