Pages

Monday, 8 April 2013

Sniper

Sekali lagi, kekaguman terhadap makhluk aneh menderap. Pelan saja, tapi konstan. Ia berdentum-dentum teratur seperti bunyi drum di lagu Coldplay, indah. Tapi ini bukan irama istimewa. Aku sudah terlalu sering menakjubi banyak sekali individu dari manusia venus itu. Bahkan untuk seorang yang sok idealis sepertiku, radar sebagai laki-laki masih terlalu aktif. Kali ini, kekaguman itu disebabkan oleh perkara yang lebih masuk akal: sebuah pesona yang terpancar dari leburan wawasan dan keteguhan pribadi, serta yang paling memesona kriteriaku adalah selalu: kesederhanaan sikap. Kuberi tahu, aku tak melulu terpikat dengan keindahan internal, seringkali –dan tak bisa kupungkiri- pesona-pesona fisik menjadi alasan untuk memperhatikan seseorang lebih jauh. Tapi, seperti biasa, kekaguman ini kembali terbentur benteng kokoh yang kubangun sendiri. Anda boleh menyebutnya gengsi, arogansi, atau apalah, dan aku tak akan membela diri dari stigma negatif tersebut. Aku sadar, sepenuhnya, sikap ini akan menyulitkan, terutama yang bernilai tampang minus sepertiku, hehe. Namun, aku tak mau tahu, benteng yang kubangun dengan susah payah ini harus tetap berdiri kokoh, tinggi, menjulang, dan tak tergoyahkan. Benteng ini harus menjadi pertahanan pertama ketika naluri-naluri alamiah manusia menyerbu. Kalau tidak, aku tak mau bertaruh untuk bertarung. Aku tak sekuat Archilless yang kebal kecuali di bagian tumit. Kelemahanku ada dimana-mana. Maka, kuberi tahu cara main aman Taruh diri Anda dalam posisi setinggi mungkin, dari sana Anda bisa lebih mudah memperhatikan obyek, lebih aman, meski Anda akan luput dari perhatian. Sederhana saja, ini strategi sniper. Ketika saatnya tiba, Anda hanya perlu menarik pelatuk.

0 komentar:

Post a Comment